Posts tagged ‘Agama’

PERBEDAAN ANTARA MANI, MAZI DAN KEPUTIHAN

Pertanyaan:
Saya tidak mengetahui, kapan seorang wanita keluar mani yang mengharuskan mandi, dan kapan keluar cairan biasa yang mengharuskan wudu.
Seringkali saya berusaha untuk mengetahuinya, akan tetapi tidak ada seorang pun yang memberikan jawaban dengan terperinci.
Sehingga saya anggap bahwa semua cairan adalah (cairan) biasa yang tidak mengharuskan mandi. Dan saya tidak mandi melainkan setelah berhubungan badan. Saya mohon dijelaskan perbedaan di antara keduanya.

Alhamdulillah

Apa yang keluar dari wanita terkadang mani atau madzi atau cairan biasa yang dikenal dengan keputihan.

Setiap dari tiga macam ini mempunyai sifat dan hukum khusus.

Adapun mani, sifatnya adalah :
Kuning lembut, sifat ini sebagaimana yang telah ada dari Nabi sallallahu’alaihi wa sallam: “Sesungguhnya air mani laki-laki itu putih kental dan mani wanita itu kuning lembut.” (HR. Muslim, no. 311)

Terkadang pada sebagian wanita warnanya putih.
Baunya seperti bau pandan korma, dan bau pandan korma dekat dengan bau adonan tepung.

Merasakan nikmat dan melemahnya syahwat setelah keluar.

Tidak disyaratkan ketiga sifat ini harus ada semuanya. Cukup satu sifat saja untuk menghukumi bahwa cairan itu adalah mani. Demikian, sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi rahimahullah dalam Kitab Al-Majmu, 2/141.

Adapun mazi adalah air putih encer dan lengket yang keluar ketika muncul syahwat baik karena fikiran atau lainnya.

Tidak merasakan nikmat ketika keluar dan tidak disertai melemahnya syahwat setelahnya.

Sementara keputihan adalah cairan bening yang keluar dari rahim, terkadang seorang wanita tidak merasakan keluarnya.

Sedikit banyaknya cairan yang keluar, berbeda di antara para wanita.

Berikut perbedaan hukum pada tiga cairan ini (mani, madzi dan keputihan);

Mani tidak diharuskan mencuci pakaian darinya, namun diharuskan mandi (besar) setelah keluar. Baik keluarnya ketika tidur maupun terjaga, karena berhubungan badan atau lainnya.

Mazi adalah najis. Diharuskan membersihan jika mengenai badan. Adapun jika mengenai pakaian, untuk mensucikannya cukup dengan memercikkan air padanya. Keluar mazi membatalkan wudu dan tidak diharuskan mandi (besar) setelah keluar.

Adapun keputihan adalah suci. Tidak diharuskan mandi dan tidak juga (diharuskan) membersihkan pakaian yang terkena. Ia membatalkan wudu kecuali kalau (keluar) terus menerus dari seorang wanita. Dia harus berwudu pada setiap shalat setelah masuk waktunya, dan jika setelah itu cairan tetap keluar tidak mengapa.

Wallahua’lam.

@kaefota

PERINGATAN HARI ORANG YANG MENINGGAL

Tradisi yang berkembang dimasyarakat (baca: dikalangan NU), jika ada orang yang telah meninggal, maka akan diadakan acara tahlilan, do’a, dzikir fida dan lain sebagainya.

Untuk mendo’akan orang yang meninggal tersebut biasanya dibarengi dengan jamuan makanan sebagai sodaqoh untuk alm/almh.

Pendapat para ‘Ulama’ dalam masalah ini sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Hawi li-Al-Fatawi li as-syuyuti, Juz II, hlm 183 :

قَالَ طَاوُسِ: اِنَّ اْلمَوْتَى يُفْتَنُوْنَ فِىْ قُبُوْرِهِمْ سَْعًا فَكَانُوْا يُسْتَحَبُّوْنَ أَنْ يُطْعِمُوْا عَنْهُمْ تِلْكَ اْلاَيَّامِ-اِلَى اَنْ قَالَ-عَنْ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرِ قَالَ: يُفْتَنُ رَجُلَانِ مُؤْمِنٍ وَمُنَافِقٍ فَأَمَّا اْلمُؤْمِنُ فَيُفْتَنُ سَبْعًا وَاَمَّا الْمُنَافِقُ يُفْتَنُ اَرْبَعِيْنَ صَبَاحًا.

Imam Thawus berkata : seorang yang mati akan mendapat ujian dari Alloh dalam kuburnya selama tujuh hari. Untuk itu, sebaiknya mereka (yang masih hidup) mengadakan sebuah jamuan makan (sedekah) untuknya selama hari-hari tersebut. Sampai pada perkataan: dari sahabat Ubaid Ibn Umair, dia berkata: seorang mu’min dan seorang munafiq sama-sama akan mengalami ujian dalam kubur. Bagi orang mu’min akan mendapat ujian selama 7 hari, sedang orang munafik selama 40 hari diwaktu pagi.

Dalam kitab Nihayah al-Zain, Juz I, halaman 281 juga disebutkan:

وَالتَّصَدُّقُ عَنِ اْلمَيِّتِ بِوَجْهٍ شَرْعِيٍّ مَطْلُوْبٌ وَلَا يُتَقَيَّدُ بِكَوْنِهِ فِيْ سَبْعَةِ اَيَّامٍ اَوْ اَكْثَرَ اَوْ اَقَلَّ وَتَقْيِيْدُهُ بِبَعْضِ اْلاَيَّامِ مِنَ اْلعَوَائِدِ فَقَطْ كَمَا اَفْتَى بِذَلِكَ السَّيِّدِ اَحْمَد دَحْلَانِ وَقَدْ جَرَتْ عَادَةُ النَّاسِ بِالتَّصَدُّقِ عَنِ اْلمَيِّتِ فِي ثَالِثٍ مِنْ مَوْتِهِ وَفِي سَابِعٍ وَفِيْ تَمَامِ اْلعِشْرِيْنَ وَفِي اْلاَرْبَعِيْنَ وَفِي الِمأَةِ وَبِذَلِكَ يُفْعَلُ كُلَّ سَنَةٍ حَوْلًا فِي اْلمَوْتِ كَمَا اَفَادَهُ شَيْخَنَا يُوْسُفُ السُنْبُلَاوِيْنِيْ.

Dianjurkan oleh syara’ shodaqoh bagi mayit, dan shodaqoh itu tidak di tentukan pada hari ke tujuh sebelumnya maupun sesudahnya. sesungguhnya pelaksanaan shodaqoh pada hari-hari tertentu itu cuma sebagai kebiasaan (adat) saja, sebagaimana fatwa Sayid Akhmad Dahlan yang mengatakan ”Sungguh telah berlaku dimasyarakat adanya kebiasaan bersedekah untuk mayit pada hari ketiga dari kematian, hari ketujuh, dua puluh, dan ketika genap empat puluh hari serta seratus hari. Setelah itu dilakukan setiap tahun pada hari kematiannya. Sebagaimana disampaikan oleh Syaikh Yusuf Al-Sumbulawini.

Adapun istilah 7 “tujuh hari” dalam acara tahlil bagi orang yang sudah meninggal, hal ini sesuai dengan amal yang dicontohkan sahabat Nabi SAW.

Imam Ahmad bin Hanbal RA berkata dalam kitab Al-Zuhd, sebagaimana yang dikutip oleh Imam Suyuthi dalam kitab Al-Hawi li Al-Fatawi:

حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ اْلقَاسِمِ قَالَ حَدَّثَنَا اْلأَشْجَعِيُّ عَنْ سُفْيَانَ قَالَ: قَالَ طَاوُسُ: إِنَّ اْلمَوْتَ يُفْتَنُوْنَ فِي قُبُوْرِهِمْ سَبْعًا فَكَانُوْا يَسْتَحِبُّوْنَ أَنْ يُطْعِمُوْا عَنْهُمْ تِلْكَ اْلأَيَّام

“Hasyim bin Al-Qasim meriwayatkan kepada kami, ia berkata, “Al-Asyja’i meriwayatkan kepada kami dari Sufyan, ia berkata, “Imam Thawus berkata : “Orang yang meninggal dunia diuji selama tujuh hari di dalam kubur mereka, maka kemudian para kalangan Salaf mensunnahkan bersedekah makanan untuk orang yang meninggal dunia selama tujuh hari itu”

Imam Al-Suyuthi juga berkata:

أَنَّ سُنَّةَ اْلإِطْعَامِ سَبْعَةَ أَيَّامٍ بَلَغَنِي أَنَّهَا مُسْتَمِرَّةٌ إِلَى اءلآنَ بِمَكَّةَ وَاْلمَدِيْنَةَ فَالظَّاهِرُ أَنَّهَا لمَ ْتَتْرُكْ مِنْ عَهْدِ الصَّحَابَةِ إِلَى اْلآنَ وَأَنَّهُمْ أَخَذُوْهَا خَلَفًا عَنْ سَلَفٍ إِلَى الصَّدْرِ اْلأَوَّلِ

“Kebiasaan memberikan sedekah makanan selama tujuh hari merupakan kebiasaan yang tetap berlaku hingga sekarang (zaman imam Suyuthi, sekitar abad IX Hijriah) di Makkah dan Madinah. Yang jelas, kebiasaan itu tidak pernah ditinggalkan sejak masa sahabat Nabi SAW sampai sekarang ini, dan tradisi itu diambil dari ulama salaf sejak generasi pertama (masa sahabat Nabi SAW)” (Al-Hawi li Al-Fatawi, juz II, hal 194).

Dari beberapa pemaparan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan tentang penentuan hari dalam peringatan kematian itu dapat dibenarkan secara syara’.

Wallohu’allam bishshowab

@kaefota

PUASA AYYAMUL BIDH: KEUTAMAAN, WAKTU MENGERJAKAN DAN NIATNYA

Umat Islam disarankan untuk menjalankan ibadah sunnah berupa puasa Syawal.

Namun sebenarnya bukan puasa Syawal saja ibadah sunnah yang bisa dikerjakan bulan ini.

Ada puasa ayyamul bidh yang juga memiliki keutamaan tersendiri.

Sebenarnya apakah itu puasa ayyamul bidh?

Kapan waktu yang tepat untuk mengerjakannya dan apakah puasa ini bisa dikerjakan bersamaan dengan ibadah puasa sunnah yang lain?

Pengertian Puasa Ayyamul Bidh

Ayyamul bidh bisa diartikan ‘hari-hari putih’. Karena itulah ibadah sunnah yang satu ini juga dikenal dengan nama puasa putih.

Harap dibedakan dengan puasa mutih yang dijalankan sebagai bagian dari tradisi di Jawa.

Puasa ayyamul bidh dijalankan selama tiga hari, yaitu tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan Qamariyyah dalam kalender Hijriah.

Walaupun begitu, puasa ayyamul bidh memiliki keutamaan yang lebih besar jika dilakukan di bulan-bulan tertentu seperti Syawal yang disebut bulan baik.

Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh

Menjalankan ibadah puasa ayyamul bidh selama tiga hari akan mendapatkan ganjaran pahala yang sama dengan puasa selama sebulan.

Jika dilakukan setiap bulan, maka dianggap sama dengan menjalankan ibadah puasa selama setahun.

Sungguh, cukup bagimu berpuasa selama tiga hari dalam setiap bulan, sebab kamu akan menerima sepuluh kali lipat pada setiap kebaikan yang Kau lakukan. Karena itu, maka puasa ayyamul bidh sama dengan berpuasa setahun penuh.” (HR Bukhari-Muslim)

Asal-Usul Puasa Ayyamul Bidh

Kenapa dinamai ayyamul bidh? Menurut keterangan di dalam kitab Umdatul Qari’Syarhu Shahihil Bukhari, sejarah ibadah puasa ayyamul bidh berkaitan dengan kisah Nabi Adam yang diturunkan ke bumi oleh Allah SWT.

“Sebab dinamai ‘ayyamul bidh’ adalah riwayat Ibnu Abbas RA, dinamai ayyamul bidh karena ketika Nabi Adam AS diturunkan ke muka bumi, matahari membakarnya sehingga tubuhnya menjadi hitam. Allah SWT kemudian mewahyukan kepadanya untuk berpuasa pada ayyamul bidh (hari-hari putih); ‘Berpuasalah engkau pada hari-hari putih (ayyamul bidh)’. Lantas Nabi Adam AS pun melakukan puasa pada hari pertama, maka sepertiga anggota tubuhnya menjadi putih. Ketika beliau melakukan puasa pada hari kedua, sepertiga anggota yang lain menjadi putih. Dan pada hari ketiga, sisa sepertiga anggota badannya yang lain menjadi putih.”

Ada juga riwayat lain yang menjelaskan kemungkinan asal-usul ibadah puasa ayyamul bidh. Berikut ini penjelasannya.

“Pendapat lain menyatakan, hari itu dinamai ayyamul bidh karena malam-malam tersebut terang benderang oleh rembulan dan rembulan selalu menampakkan wajahnya mulai matahari tenggelam sampai terbit kembali di bumi. Karenanya malam dan siang pada saat itu menjadi putih (terang).” (Badruddin Al-‘Aini Al-Hanafi, ‘Umdatul Qari’ Syarhu Shahihil Bukhari)

Niat Puasa Ayyamul Bidh di Bulan Syawal

Jika Anda ingin melaksanakan puasa ayyamul bidh di bulan Syawal, bacalah niat berikut terlebih dahulu.

Nawaitu shouma ayyami bidh sunnatal lillahi ta’ala.”

Artinya:
” Saya niat puasa ayyamul bidh sunah karena Allah Ta’ala.”

Hukum Menggabung Puasa Syawal dengan Puasa Ayyamul Bidh

Puasa ayyamul bidh adalah ibadah yang sifatnya ghayru maqshudah bidzatiha atau tidak diniatkan secara langsung.

Karena itulah, diperbolehkan menggabung niat untuk menjalankan kedua ibadah sunnah ini.

Bila seseorang menjalankan puasa selama tiga hari dalam satu bulan, kapan pun harinya dan apa pun jenis puasa yang dilakukan, maka orang tersebut sudah mendapatkan keutamaan puasa ayyamul bidh.

“Jika seseorang berpuasa enam hari di bulan Syawal, gugur darinya tuntutan puasa ayyamul bidh. Baik ia puasa Syawal ketika al-bidh (ketika bulan purnama sempurna), sebelumnya atau setelahnya, karena ia telah berpuasa tiga hari dalam satu bulan. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: ‘Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa berpuasa tiga hari setiap bulan, tanpa peduli apakah itu awal bulan atau tengah bulan atau akhirnya’. Ini sejenis dengan gugurnya tuntutan shalat tahiyatul masjid dengan mengerjakan salat rawatib jika seseorang masuk masjid.” (Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin)

Semoga bermanfaat.

Wallohu’alam bishshowab

@kaefota

PUASA SENIN-KAMIS: HUKUM, NIAT DAN TATA CARA MELAKSANAKANNYA

Selain puasa Ramadhan yang diwajibkan bagi seluruh umat muslim, Islam juga menganjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah.

Salah satu ibadah puasa non-wajib yang dikenal luas adalah puasa Senin-Kamis.

Seperti apa keutamaan puasa Senin-Kamis?

Apakah manfaat yang bisa didapat darinya dan bagaimana tata cara mengerjakannya? Berikut ini kita bahas selengkapnya.

1.Hukum Puasa Senin-Kamis

Puasa Senin-Kamis hukumnya adalah sunnah. Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu memasukkan puasa Senin Kamis dalam puasa sunnah yang disepakati para ulama.

Menurut Syaikh Wahbah Az Zuhaili, puasa-puasa sunnah yang disepakati para ulama antara lain puasa hari Senin dan Kamis.

Dari Aisyah Radhiyallahu Anhu:
Adalah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam memperbanyak puasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR. Al-Tirmidzi, Al-Nasi dan Ibnu Majah. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani)

2.Anjuran Rasulullah Untuk Puasa Senin-Kamis

Puasa Senin-Kamis merupakan ibadah yang Rasulullah SAW anjurkan untuk dilaksanakan. Beliau pun rutin mengamalkan ibadah tersebut.

Dari Abu Qotadah r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW ditanya tentang puasa Senin. Maka beliau menjawab: Hari senin adalah hari lahirku, hari aku mulai diutus atau hari mulai diturunkannya wahyu.”(HR. Muslim)

Dari Abi Hurairoh r.a, dari Rasulullah SAW bersabda: Seluruh amal disetor pada hari Senin dan Kamis, maka aku lebih menyukai saat setor amal tersebut dalam keadaan berpuasa.” (HR. Turmudzi)

3.Manfaat Puasa Senin-Kamis

Menjalankan puasa, baik itu puasa wajib maupun sunnah, dapat memberikan pengaruh yang besar bagi kondisi kejiwaan seseorang. Begitu juga dengan puasa Senin-Kamis.

Manfaat puasa Senin-Kamis, seperti ibadah puasa lainnya adalah:
• Meningkatkan amalan
• Melatih kesabaran
• Melatih menguasai diri
• Melatih kedisiplinan,
• Melatih diri meredam hawa nafsu
• Meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Allah SWT
• Meningkatkan kesehatan pencernaan

4.Tata Cara Puasa Senin-Kamis

Membaca Niat

Niat puasa Senin Kamis sebaiknya dilakukan di malam hari, sebelum terbit fajar. Namun karena ini adalah puasa sunnah, maka jika terlupa, boleh niat di pagi hari asalkan belum makan apa-apa dan tidak melakukan hal apapun yang membatalkan puasa.

Makan Sahur

Makan sahur merupakan salah satu sunnah puasa yang jika dilakukan akan mendapat pahala dan keberkahan. Namun jika tidak dilakukan, misalnya karena bangunnya terlambat, puasanya tetap sah.

Menahan Diri dari Hal-hal yang Membatalkan

Menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa antara lain makan, minum, berhubungan dengan istri dan hal-hal lainnya yang dapat membatalkan puasa. Waktunya dimulai sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Kita juga dianjurkan untuk menahan diri dari yang membatalkan pahala puasa, antara lain bohong, ghibah dan segala bentuk kemaksiatan.

Berbuka

Buka puasa bisa dilakukan ketika matahari terbenam, yaitu saat masuknya waktu salat Maghrib. Menyegerakan buka puasa merupakan salah satu sunnah puasa.

5.Niat Puasa Senin-Kamis

Dalam Fiqih Islam wa Adilatuhu dijelaskan, semua ulama sepakat bahwa tempatnya niat adalah hati.

Melafalkan niat bukanlah syarat, namun jumhur ulama berpendapat hukumnya sunnah dengan maksud membantu hati dalam menghadirkan niat.

Sementara menurut mazhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat karena tidak bersumber dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Lafadz niat puasa Senin adalah sebagai berikut:

Nawaitu shouma yaumal itsnaini sunnatan lillaahi taaalaa

Artinya: “Saya niat puasa sunnah hari Senin, sunnah karena Allah Taala”

Sedangkan lafadz niat puasa Kamis adalah sebagai berikut:

Nawaitu shouma yaumal khomiisi sunnatan lillaahi taaalaa

Artinya: “Saya niat puasa sunnah hari Kamis, sunnah karena Allah Taala.”

Wallohu’alam bishshowab

@kaefota

💕FADHILAH ISTRI “MEMINTA” ♂ DULUAN💕

ﺃﺩﺏ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻟﻌﺒﺪ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﺑﻦ ﺣﺒﻴﺐ ﺝ ١ ﺹ ٢٩٢ – ٢٩٣ ﺍﻟﻤﻜﺘﺒﺔ ﺍﻟﺸﺎﻣﻠﺔ : (ﻭﺃﻳﻤﺎ ﺍﻣﺮﺃﺓٍ ﻓﺮﺷﺖ ﻟﺰﻭﺟﻬﺎ ﺑﻄﻴﺐ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﺣﺮﻡ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﺪﺭﻫﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺎﺭ، ﻭﺃﻋﻄﺎﻫﺎ ﺛﻮﺍﺏ ﻣﺎﺋﺘﻲ ﺣﺠﺔٍ ﻭﻋﻤﺮﺓٍ، ﻭﻛﺘﺐ ﻟﻬﺎ ﻣﺎﺋﺘﻲ ﺃﻟﻒ ﺣﺴﻨﺔٍ، ﻭﺭﻓﻊ ﻟﻬﺎ ﻣﺎﺋﺘﻲ ﺃﻟﻒ ﺩﺭﺟﺔٍ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻨﺔ!)

Siapa saja seorang istri yang menawarkan diri untuk suaminya dengan suka-rela, maka:
(1) Alloh akan mengharamkan dirinya dari api neraka;
(2) memberinya pahala dua ratus ibadah Haji dan Umroh;
(3) dicatatkan untuknya dua ratus ribu kebaikan;
(4) diangkat untuknya dua ratus ribu derajat di Surga.

(ﻭﺃﻳﻤﺎ ﺍﻣﺮﺃﺓٍ ﺩﺧﻠﺖ ﻣﻊ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﻓﻲ ﻓﺮﺍﺵٍ ﻭﺍﺣﺪٍ ﻧﺎﺩﺍﻫﺎ ﻣﻠﻚٌ ﻣﻦ ﺗﺤﺖ ﺍﻟﻌﺮﺵ: ﻟﺘﺴﺘﺄﻧﻔﻲ ﺍﻟﻌﻤﻞ ! ﻓﻘﺪ ﻏﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻚ ﻣﺎ ﺗﻘﺪﻡ ﻣﻦ ﺫﻧﺒﻚ ﻭﻣﺎ ﺗﺄﺧﺮ ﻭﻛﺘﺐ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻬﺎ ﺛﻮﺍﺏ ﻣﻦ ﺃﻋﺘﻖ ﻣﺎﺋﺔ ﺭﻗﺒﺔٍ، ﻭﻛﺘﺐ ﻟﻬﺎ ﺑﻜﻞ ﺷﻌﺮﺓٍ ﺣﺴﻨﺔً !) .

Dan siapa saja seorang istri yang masuk bersama suaminya dalam satu selimut, maka Malaikat dari bawah ‘Arsy memanggilnya, “Mulailah duluan olehmu perbuatan itu (merangsang suami):
(1) Maka Allah akan mengampuni untukmu dari dosamu yang telah lalu dan yang akan datang;
(2) Dan Allah akan mencatat untuknya pahala seorang yang memerdekan seratus budak;
(3) Dan mencatat untuknya dari setiap sehelai rambut dengan satu kebaikan.

(ﻭﺃﻳﻤﺎ ﺍﻣﺮﺃﺓٍ ﻗﺒﻠﺖ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﺑﻄﻴﺐ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻓﻜﺄﻧﻤﺎ ﻗﺮﺃﺕ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ‏[ ﺍﺛﻨﺘﻲ ﻋﺸﺮﺓ‏] ﻣﺮﺓً ﻭﻛﺘﺐ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻬﺎ ﺑﻜﻞ ﺁﻳﺔٍ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺧﻤﺴﻴﻦ ﺣﺴﻨﺔً ﻭﺑﻨﻰ ﻟﻬﺎ ﺑﻜﻞ ﻗﺒﻠﺔٍ ﻣﺪﻳﻨﺔً ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻨﺔ !)

Dan siapa saja seorang istri yang mencium suaminya dengan suka rela maka:
(1) Dia bagaikan menghatamkan Al-Qur’an (dua belas) kali;
(2) Dan dengannya Allah akan mencatat dari setiap ayat dalam Al-Qur’an lima puluh kebaikan;
(3) Dan dari setiap ciuman dibangunkan sebuah kota di Surga untuknya.

(ﻭﺃﻳﻤﺎ ﺍﻣﺮﺃﺓٍ ﻗﺒﻠﺖ ﺭﺃﺱ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﻭﻣﺸﻄﺖ ﺭﺃﺳﻪ ﻭﻟﺤﻴﺘﻪ ﻛﺘﺒﺎﻟﻠﻪ ﻟﻬﺎ ﺑﻌﺪﺩ ﻛﻞ ﺷﻌﺮﺓٍ ﺣﺴﻨﺔً، ﻭﻏﺮﺱ ﻟﻬﺎ ﺑﻜﻞ ﺷﻌﺮﺓٍ ﻧﺨﻠﺔً ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻨﺔ) .

Dan siapa saja seorang istri yang mencium kepala suaminya, menyisir rambut dan jenggotnya, maka:
(1) Allah akan mencatat untuknya pahala kebaikan dengan bilangan setiap sehelai rambut;
(2) Dan ditanamkan untuknya dari setiap sehelai rambut dengan pohon kurma di Surga.

(Kitab Uqudul Lujain Syaikh Nawawi AlBantani)

Wallohu’allam

PERTANYAAN MALAIKAT  DI ALAM KUBUR

Tanya : Man Rabbuka?
Siapa Tuhanmu?
Jawab :
Allahu Rabbi. Allah Tuhanku.

Tanya : Man Nabiyyuka?
Siapa Nabimu?
Jawab :
Muhammadun Nabiyyi. Muhammad Nabiku

Tanya : Ma Dinuka?
Apa agamamu?
Jawab :
Al-Islamu dini. Islam agamaku

Tanya : Man Imamuka?
Siapa imammu?
Jawab :
Al-Qur’an Imami. Al-Qur’an Imamku

Tanya : Aina Qiblatuka?
Dimana kiblatmu?
Jawab :
Al-Ka’batu Qiblati. Ka’bah Qiblatku

Tanya : Man Ikhwanuka?
Siapa saudaramu?
Jawab :
Al-Muslimun Wal-Muslimat Ikhwani.

Jawabanya sangat sederhana, bukan? Namun apakah sesederhana itukah kelak kita akan menjawabnya?

Saat tubuh terbaring sendiri di perut bumi.
Saat kegelapan menghentak ketakutan.
Saat tubuh menggigil gemetaran.
Saat tiada lagi yang mampu jadi penolong.

Tidak akan pernah ada seorangpun yang mampu menolong kita.

Selain amal kebaikan yang telah kita perbuat selama hidup di dunia.

Nabi MUHAMMAD SAW telah
bersabda :
Barang siapa yang
menyebarkan satu saja ilmu dariku, maka Allah buatkan tempat di Syurga baginya pada hari penghakiman kelak”.

SubhanAllah

Semoga muslimin dan muslimat yang sempat membaca dan membagikan ini ditinggikan ilmunya, diangkat derajatnya, dibesarkan rezekinya, diharumkan namanya, disetiakan cintanya, dipanjangkan umurnya, dijauhkan dari azab kubur dan api neraka serta dikabulkan doa nya. AAMIIN.

Wallohu’allam bishshowab

@kaefota

UWAIS QARNI TIDAK MEMINTA SYURGA, HANYA RIDHA IBUNYA

Balasan Allah SWT yang luar biasa terhadap anak yang berbakti kepada orang tuanya

Ingatkah kita akan sosok Uwais al-Qarni?

Sosok pemuda yang tak dikenal di bumi tapi namanya harum di langit menjadi perbincangan para Malaikat. Walaupun di muka bumi ini orang-orang menganggapnya gila.

Uwais al-Qarni hidup di masa Rasulullah dan tinggal di negeri Yaman. Hidupnya miskin dan ia menderita sakit kulit dimana seluruh tubuhnya belang-belang.

Ia tinggal bersama Ibunya yang sudah berusia senja. Apa pun permintaan Ibunya selalu dipenuhi. Hingga tiba saatnya Sang Ibu meminta satu permintaan yang sulit ia kabulkan.

“Wahai Ananda, Ibu sudah tua. Ibu rindu melihat ka’bah. Ibu rindu melakukan ibadah haji. Mungkinkah Engkau bawa Ibumu ke tanah suci.” pinta Sang Ibu kepada anaknya Uwais.

Mendengar permintaan Ibunya yang begitu serius, Uwais sebenarnya tidak ingin mengecewakan Ibunya.

Namun, kondisi hidup yang miskin dan tidak memiliki unta membuat harapan Ibunya seakan mustahil diwujudkan.

Uwais tidak kehabisan akal. Kondisi hidupnya yang miskin tidak dijadikan alasan dan dalih untuk menolak permintaan Ibunya.

Akhirnya Uwais membeli seekor anak lembu dan membuatkan kandangnya di puncak bukit.

Setiap pagi ia menggendong anak lembu itu untuk diturunkan dan sore harinya anak lembu itu kembali ia naikkan ke puncak bukit. Inilah penyebab kenapa orang-orang menganggap Uwais gila.

Delapan bulan kemudian semuanya baru terjawab. Uwais membeli anak lembu sebagai latihan fisik agar otot-ototnya kuat.

Bagaikan Ibu hamil yang tidak terasa bayi yang dikandungnya semakin hari semakin besar, Uwais pun tidak menyangka kalau sekarang ia sudah mampu mengangkat beban yang berat.

Maka lembu yang sudah besar itu pun dijual untuk biaya perjalanan Haji ibunya dan dia menggendongnya dari Yaman ke Mekah.

Saat tiba di Mekah, Sang Ibu sudah mulai berlinangan air mata. Terharu dengan pengabdian anaknya yang luar biasa.

Di tempat mustajabah, Ibunya mendengar Uwais berdoa, “Ya Allah, masukkanlah Ibuku ke Syurga!”

Mendengar doa Uwais seperti itu Ibunya pun berkata,:
“Kenapa Engkau tidak berdoa kepada dirimu Nak? Kenapa hanya Ibu saja yang Engkau doakan?”

Uwais menjawab:
“Dengan Ibu masuk syurga, Ibu akan ridha padaku, maka cukup dengan ridha Ibu yang akan mengantarkanku masuk ke Syurga.”

Jawaban Uwais seperti itu membuat Ibunya semakin kagum kepada anaknya.

Tanpa Ia berdoa kesembuhan penyakit kulit yang dideritanya, Uwais sembuh seketika.

Kecuali hanya bulatan kecil di tangannya sebagai tanda bagi Sayidina Umar dan Sayidina Ali sebagai tanda pengenal disaat mencari siapa Uwais al-Qarni, sebab Rasulullah SAW telah memerintahkan Umar dan Ali untuk mencari Uwais, meminta didoakan oleh Uwais karena doanya diterima oleh Allah.

Uwais al-Qarni memang tidak mendoakan syurga. Ia hanya mencari ridha Ibunya.

Namun, tahukah Anda apa yang didapatkan Uwais?

Ternyata Uwais tak hanya masuk syurga, ia juga diberikan jatah syafaat sehingga mampu membawa orang lain masuk syurga bersamanya, yaitu sejumlah bilangan manusia dalam suku Rabi’ah dan Mudhar (dua suku terbesar dalam bangsa Arab).

SubhaaAllah

Semoga kita menjadi anak yang berbakti. Aamiiin ya rabbal alamin.

@kaefota

| Disarikan dari Pengajian Syarah Hikam Ibnu ‘Ibad Ar-Randy bersama Abi Zahrul Fuadi Mubarak (Wadir I Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga) Ramadhan 1437 H/ 2016 M

ANJURAN, KEUTAMAAN DAN NIAT PUASA ARAFAH

Saat ini kita tengah berada di bulan Dzulhijjah. Salah satu bulan paling penuh berkah bagi umat Islam di seluruh dunia.

Pada bulan ini kita bertemu dengan hari raya Iedul Adha. Bagi ummat yang mampu bisa berkunjung ke tanah suci untuk menunaikan ibadah Haji.

Selain beribadah Haji ke tanah suci, ada amalan puasa sunah yang dianjurkan saat Dzulhijah.

Puasa-puasa sunah tersebut ada tiga jenis,:
• puasa 1-7 Dzulhijah
• puasa Tarwiyah, 8 Dzulhijjah
• puasa Arafah, 9 Dzulhijjah

Anjuran Menjalankan Puasa Arafah

Puasa Arafah merupakan salah satu puasa sunah yang sangat dianjurkan, khususnya bagi ummat muslim yang tidak mampu menunaikan ibadah haji.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya” !HR Abu Daud nomor 2437).

Keutamaan Puasa Arafah

Puasa Arafah memiliki keutamaan yang sangat besar. Para ulama memasukkan puasa Arafah ini ke dalam puasa sunnah yang sangat dianjurkan (muakkad).

Puasa hari arafah dapat menghapus dosa dua tahun yang telah lalu dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapus dosa setahun yang lalu,” (HR Muslim).

Niat Puasa Arafah

Jika berniat menjalankan puasa Arafah, berikut ini niat yang bisa dibaca sebelum menjalankannya:

NAWAITU SHOUMA ARAFATA SUNNATAN LILLAHI TA’ALA

Artinya:
Saya niat puasa sunah Arafah karena Allah Ta’ala.”

Semoga bermanfaat.

Barakalloh

@kaefota

NABI MUHAMMAD SAW MEMBELAH BULAN

Di zaman Jahilliyah hiduplah raja bernama Habib bin Malik di Syam, dia penyembah berhala yang fanatik dan menentang serta membenci agama yang didakwahkan Rasulullah SAW.

Suatu hari Abu Jahal menyurati Raja Habib bin Malik perihal Rasulullah SAW yang membuatnya penasaran ingin bertemu dengan Rasulullah SAW dan membalas surat itu Ia akan berkunjung ke Mekah.

Pada hari yang telah ditentukan berangkatlah Ia dengan 10.000 orang ke Mekah. Sampai di Desa Abtah, dekat Mekah, ia mengirim utusan untuk memberitahu Abu Jahal bahwa Dia telah tiba di perbatasan Mekah.

Maka disambutlah Raja Habib oleh Abu Jahal dan pembesar Quraisy.
“Seperti apa sih Muhammad itu?”
Tanya Raja Habib setelah bertemu dengan Abu Jahal.
“Sebaiknya Tuan tanyakan kepada Bani Haasyim,” jawab Abu Jahal.

Lalu Raja Habib menanyakan kepada Bani Hasyim.
“Di masa kecilnya, Muhammad adalah anak yang bisa di percaya, jujur dan baik budi.
Tapi, sejak berusia 40 tahun, Ia mulai menyebarkan agama baru, menghina dan menyepelekan tuhan-tuhan kami.
Ia menyebarkan agama yang bertentangan dengan agama warisan nenek moyang kami,” jawab salah seorang keluarga Bani Hasyim.

Raja Habib memerintahkan untuk menjemput Rasulullah SAW dan menyuruh untuk memaksa bila Ia tidak mau datang.

Dengan menggunakan jubah merah dan sorban hitam, Rasulullah SAW datang bersama Abu Bakar AS, Siddiq RA dan Khadijah RA.

Sepanjang jalan Khadijah RA, menangis karena khawatir akan keselamatan suaminya, demikian pula Abu Bakar RA.

“Kalian jangan takut, kita serahkan semua urusan kepada Allah ﷻ ” Kata Rasulullah SAW.

Sampai di Desa Abthah, Rasulullah SAW di sambut dengan ramah dan dipersilahkan duduk di kursi yang terbuat dari emas.

Ketika Rasulullah SAW duduk di kursi tersebut, memancarlah cahaya kemilau dari wajahnya yang berwibawa, sehingga yang menyaksikannya tertegun dan kagum

Maka berkata Raja Habib:
“Wahai Muhammad setiap Nabi memiliki mukjizat, mukjizat apa yang Engkau miliki?”

Dengan tenang Rasulullah SAW balik bertanya:
“Mukjizat apa yang Tuan kehendaki?”
Raja Habib bin Malik Menjawab:
“Aku menghendaki matahari yang tengah bersinar engkau tenggelamkan, kemudian munculkanlah bulan. Lalu turunkanlah bulan ke tanganmu, belah menjadi dua bagian dan masukkan masing-masing ke lengan bajumu sebelah kiri dan kanan. Kemudian keluarkan lagi dan satukan lagi. Lalu suruhlah bulan mengakui engkau adalah Rasul. Setelah itu kembalikan bulan itu ke tempatnya semula.
Jika engkau dapat melakukannya, aku akan beriman kepadamu dan mengakui kenabianmu,”

Mendengar itu Abu Jahal sangat gembira, pasti Rasulullah SAW tidak dapat melakukannya.
Dengan tegas dan yakin Rasulullah SAW menjawab:
“Aku penuhi permintaan Tuan.”

Kemudian Rasulullah SAW berjalan ke arah Gunung Abi Qubaisy dan shalat dua rakaat.
Usai shalat, Beliau SAW berdoa dengan menengadahkan tangan tinggi-tinggi, agar permintaan Raja Habib terpenuhi.

Seketika itu juga tanpa diketahui oleh siapapun juga turunlah 12.000 malaikat. Maka berkatalah malaikat:
“Wahai Rasulullah, Allah menyampaikan salam kepadamu. Allah berfirman: ‘Wahai kekasih-Ku, janganlah engkau takut dan ragu. Sesungguhnya Aku senantiasa bersamamu. Aku telah menetapkan keputusan-Ku sejak Zaman Azali.’
Tentang permintaan Habib bin Malik, pergilah engkau kepadanya untuk membuktikan kerasulanmu.
Sesungguhnya Allah yang menjalankan matahari dan bulan serta mengganti siang dengan malam.
Habib bin Malik mempunyai seorang putri cacat, tidak punya kaki dan tangan serta buta. Allah ﷻ telah menyembuhkan anak itu, sehingga ia bisa berjalan, meraba dan melihat.”

Lalu bergegaslah Rasulullah SAW turun menjumpai orang kafir, sementara bias cahaya kenabian yang memantul dari wajahnya semakin bersinar.
Waktu itu matahari telah beranjak senja, matahari hampir tenggelam, sehingga suasananya remang-remang.

Tak lama kemudian Rasulullah SAW berdoa agar bulan segera terbit. Maka terbitlah bulan dengan sinar yang benderang.

Lalu dengan dua jari Rasulullah SAW mengisyaratkan agar bulan itu turun kepada nya.

Tiba-tiba suasana jadi amat menegangkan ketika terdengar suara gemuruh yang dahsyat.
Segumpal awan mengiringi turunnya bulan ke tangan Rasulullah SAW.

Segera setelah itu Beliau Rasulullah SAW membelahnya menjadi dua bagian, lalu Beliau masukkan ke lengan baju kanan dan kiri.

Tidak lama kemudian, Beliau Rasulullah SAW mengeluarkan potongan bulan itu dan menyatukannya kembali.
Dengan sangat takjub orang-orang menyaksikan Rasulullah SAW menggengam bulan yang bersinar dengan indah dan cemerlang.

Bersamaan dengan itu bulan mengeluarkan suara:
“Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh.”

Menyaksikan keajaiban itu, pikiran dan perasaan semua yang hadir terguncang.
Sungguh, ini bukan mimpi, melainkan sebuah kejadian yang nyata!

Sebuah mukjizat luar biasa hebat yang disaksikan sendiri oleh Raja Habib bin Malik. Ia menyadari, itu tak mungkin terjadi pada manusia biasa, meski ia lihai dalam ilmu sihir sekalipun!

Namun, hati Raja Habib masih beku. Maka ia pun berkata, “Aku masih mempunyai syarat lagi untuk mengujimu.”

Belum lagi Raja Habib sempat melanjutkan ucapannya, Rasulullah SAW memotong pembicaraan,
“Engkau mempunyai putri yang cacat, bukan? Sekarang, Allah ﷻ telah menyembuhkannya dan menjadikannya seorang putri yang sempurna.”

Raja Habib pun terkejut karena tidak ada siapapun yang tahu penyakit anaknya itu yaitu lumpuh dan matanya buta kecuali orang-orang istana dan mereka yang dekat dengannya saja.

Mendengar itu, betapa gembiranya hati Raja Habib.
Spontan ia pun berdiri dan berseru, “Hai penduduk Mekah!
Kalian yang telah beriman jangan kembali kafir, karena tidak ada lagi yang perlu diragukan.
Ketahuilah, sesungguhnya aku bersaksi: tiada Tuhan selain Allah dan tiada sekutu baginya;
dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah Utusan dan hamba-Nya!”

Melihat semua itu Abu Jahal jengkel dan marah, dengan emosi berkata kepada Raja Habib:
“Wahai…! Raja Habib engkau beriman kepada tukang sihir ini, hanya karena menyaksikan kehebatan sihirnya?”

Namun Raja Habib tidak menghiraukannya dan berkemas untuk pulang. Sampai di pintu gerbang istana, putrinya yang sudah sempurna, menyambutnya sambil mengucapkan dua kalimat sahadat.

Tentu saja Raja Habib terkejut.
“Wahai putriku, darimana kamu mengetahui ucapan itu?”
Siapa yang mengajarimu?”

“Aku bermimpi didatangi seorang lelaki tampan rupawan yang memberi tahu ayah telah memeluk Islam. Dia juga berkata, jika aku menjadi muslimah, anggota tubuhku akan lengkap.
Tentu saja aku mau, kemudian aku mengucapkan dua kalimat sahadat,” jawab sang putri.

Maka seketika itu juga Raja Habib pun bersujudlah sebagai tanda syukur kepada Allah ﷻ

SubhaanAllah

Wallohu’allam bishshowab

@kaefota

APA YANG MEMBUAT ALLAH SENANG?

JANGAN BANGGA DENGAN BANYAK SHALAT, PUASA DAN ZIKIR KARENA ITU SEMUA BELUM MEMBUAT ALLAH SENANG

Nabi Musa : “Wahai Allah, aku sudah melaksanakan ibadah. Lalu manakah ibadahku yang membuat Engkau senang..
Allah..?”

Allah : “SHOLAT Sholat mu itu untukmu sendiri, karena dengan mengerjakan sholat.. engkau terpelihara dari perbuatan keji dan munkar…
DZIKIR Dzikirmu itu hanya untukmu sendiri, membuat hatimu menjadi tenang…
PUASA Puasamu itu untukmu sendiri, melatih dirimu untuk memerangi hawa nafsumu sendiri…”

Nabi Musa : “Lalu apa ibadahku yang membuat hatiMu senang Ya Allah …?”

Allah : “SEDEKAH, INFAQ, ZAKAT serta PERBUATAN BAIKmu.
Itulah yang membuat AKU senang, karena tatkala engkau membahagiakan orang yang sedang susah, AKU hadir disampingnya.
Dan AKU akan mengganti dengan ganjaran 700 kali.” (Al-Baqarah 261-262)

Nah, bila Anda sibuk dengan ibadah ritual dan bangga akan itu, maka itu tandanya hanya mencintai dirimu sendiri, bukan Allah.

Tapi, bila Anda berbuat baik dan berkorban untuk orang lain, maka itu tandanya mencintai Allah dan tentu Allah senang karenanya.

Buatlah Allah senang, maka Allah akan limpahkan rahmat-Nya dengan membuat hidupmu lapang dan bahagia.

(Kitab Mukasyafatul Qulub, Karya Imam Al Ghazali)

Barakalloh

@kaefota