JANGAN MEMUTUS PERSAHABATAN

Disebuah desa hiduplah 2 (dua) orang lelaki bersaudara. Sang kakak telah berkeluarga dengan mempunyai 2 orang anak, sedangkan si adik masih melajang.

Mereka berdua menggarap satu lahan peninggalan orang tuanya dan ketika panen, hasilnya mereka bagi sama rata.

Disuatu malam setelah panen, si adik duduk sendiri dan berfikir, “pembagian ini sungguh tak adil, seharusnya kakak ku-lah yang mendapatkan bagian lebih banyak karena dia hidup dengan istri dan kedua anaknya.”

Maka, dimalam yang sunyi itu pun diam-diam dia menggotong satu karung padi miliknya dan meletakkannya dilumbung padi milik kakaknya.

Ditempat yang lain, sang kakak juga berfikir yang sama dengan adiknya, “pembagian ini adil jika adikku mendapat bagian yang lebih banyak, karena dia hidup sendiri, jika terjadi sesuatu dengannya tak ada yang mengurusnya, sedangkan aku ada anak dan istri yang kelak merawatku.”

Maka, sang kakak pun bergegas mengambil satu karung padi dari lumbungnya dan mengantarkannya dengan diam-diam ke lumbung milik sang adik.

Hal ini terjadi setiap selesai panen. Dalam hati mereka ada sebuah pertanyaan, kenapa lumbung padi mereka seperti tidak berkurang, meski telah menguranginya setiap kali selesai panen?

Hingga disuatu malam yang lengang seusai panen, mereka berdua bertemu di tengah jalan.
Masing-masing, mereka mengonggok satu karung padi.

Tanda tanya di dalam hati mereka pun terjawab sudah. Seketika itu juga mereka saling memeluk erat, mereka sungguh terharu dan berurai air mata menyadari betapa mereka saling menyayangi.

SubhaanAlloh,
Beginilah seharusnya kita bersaudara

👨‍❤‍👨🙏

Jangan biarkan Harta menjadi pemicu permusuhan, melainkan menjadi perekat yang teramat kuat diantara sesama saudara.

Allah telah menanamkan cinta pada hati mereka yang mau lelah memikirkan nasib saudara mereka.

Allah tak akan membiarkan kita kekurangan jika kita selalu berusaha mencukupi kehidupan orang lain.

Allah tak akan menyusahkan kita yang selalu berusaha membahagiakan orang lain.

Semoga kita dapat belajar dan mengerti arti dari sebuah Persaudaraan, baik di dalam Keluarga, di tengah Masyarakat maupun dalam Pertemanan.

Barakallah

@kaefota

👇KHADIJAH

Siri Khadijah

DUA PERTIGA (2/3) wilayah Makkah adalah milik Siti Khadijah, istri dari Rasulullah SAW. Ia wanita bangsawan yang menyandang kemuliaan dan kelimpahan harta kekayaan.

Namun, ketika wafat tidak selembar kafan pun dia miliki. Bahkan baju yang dikenakannya di saat menjelang ajal adalah pakaian kumuh dengan 83 tambalan.

“Fatimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba,” bisik Khadijah kepada Fatimah sesaat menjelang ajal.

“Yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, agar beliau memberikan sorbannya yang biasa digunakan menerima wahyu untuk dijadikan kain kafanku. Aku malu dan takut memintanya sendiri”. ucapnya.

Mendengar itu Rasulullah berkata, “Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di surga”.

Siti Khadijah, Ummul Mu’minin (ibu kaum mukmin), pun kemudian menghembuskan nafas terakhirnya dipangkuan Rasulullah.

Didekapnya sang istri itu dengan perasaan pilu yang teramat sangat, tumpahlah air mata mulia Rasulullah dan semua orang yang berada di situ.

Dalam suasana seperti itu, Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima kain kafan.

Rasulullah menjawab salam Jibril, kemudian bertanya, “Untuk siapa sajakah kain kafan itu, ya Jibril?”

“Kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fatimah, Ali dan Hasan,” jawab Jibril yang tiba-tiba saja berhenti berkata, kemudian menangis.

Rasulullah bertanya, “Kenapa, ya Jibril?”

“Cucumu yang satu, Husain, tidak memiliki kafan. Dia akan dibantai, tergeletak tanpa kafan dan tak dimandikan,” jawab Jibril.

Rasulullah berkata di dekat jasad Khadijah, “Wahai Khadijah istriku sayang, demi Allah, aku tak kan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa. Allah Maha Mengetahui semua amalanmu. Semua hartamu kau hibahkan untuk Islam. Kaum muslimin pun ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum muslimin dan pakaianku ini juga darimu. Namun begitu, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban!?”

Tersedu-sedan Rasulullah SAW mengenang istrinya semasa hidupnya.

Khadijah Memang Wanita Istimewa

Dikisahkan, suatu hari ketika Rasulullah pulang dari berdakwah, beliau masuk ke dalam rumah.

Khadijah menyambut dan hendak berdiri di depan pintu, kemudian Rasulullah bersabda, “Wahai Khadijah, tetaplah kamu di tempatmu”.

Ketika itu Khadijah sedang menyusui Fatimah yang masih bayi. Saat itu seluruh kekayaan mereka telah habis.

Seringkali makanan pun tak punya, sehingga ketika Fatimah menyusu, bukan air susu yang keluar akan tetapi darah. Darahlah yang masuk dalam mulut Fatimah r.a.

Kemudian Rasulullah mengambil Fatimah dari gendongan istrinya dan diletakkan di tempat tidur.

Rasulullah yang lelah sepulang berdakwah dan menghadapi segala caci-maki serta fitnah manusia itu, lalu berbaring di pangkuan Khadijah hingga tertidur.

Ketika itulah Khadijah membelai kepala Rasulullah dengan penuh kelembutan dan rasa sayang. Tak terasa air mata Khadijah menetes di pipi Rasulullah hingga membuat beliau terjaga.

Wahai Khadijah, mengapa engkau menangis? Adakah engkau menyesal bersuamikan aku?” tanya Rasulullah dengan lembut.

Dahulu engkau wanita bangsawan, engkau mulia, engkau hartawan. Namun hari ini engkau telah dihina orang. Semua orang telah menjauhi dirimu. Seluruh kekayaanmu habis. Adakah engkau menyesal, wahai Khadijah, bersuamikan aku?” lanjut Rasulullah tak kuasa melihat istrinya menangis.

“Wahai suamiku, wahai Nabi Allah. Bukan itu yang kutangiskan,” jawab Khadijah.

“Dahulu aku memiliki kemuliaan, Kemuliaan itu telah aku serahkan untuk Allah dan RasulNya. Dahulu aku adalah bangsawan, Kebangsawanan itu juga aku serahkan untuk Allah dan RasulNya. Dahulu aku memiliki harta kekayaan, Seluruh kekayaan itupun telah aku serahkan untuk Allah dan RasulNya”. tuturnya.

“Wahai Rasulullah, sekarang aku tak punya apa-apa lagi. Tetapi engkau masih terus memperjuangkan agama ini. Wahai Rasulullah, sekiranya nanti aku mati sedangkan perjuanganmu belum selesai, sekiranya engkau hendak menyeberangi sebuah lautan, sekiranya engkau hendak menyeberangi sungai namun engkau tidak memperoleh rakit atau pun jembatan, maka galilah lubang kuburku, ambillah tulang-belulangku, jadikanlah sebagai jembatan bagimu untuk menyeberangi sungai itu supaya engkau bisa berjumpa dengan manusia dan melanjutkan dakwahmu”. terangnya.

“Ingatkan mereka tentang kebesaran Allah, Ingatkan mereka kepada yang hak, Ajak mereka kepada Islam, wahai Rasulullah”. jelasnya.

Rasulullah pun tampak sedih. “Oh Khadijahku sayang, kau meninggalkanku sendirian dalam perjuanganku. Siapa lagi yang akan membantuku?”

“Aku, ya Rasulullah!” sahut Ali bin Abi Thalib. jawab, menantu Rasullulah.

Disamping jasad Siti Khadijah, Rasulullah kemudian berdoa kepada Allah SWT,
“Ya Allah, ya Illahi Rabbi, limpahkanlah rahmat-Mu kepada Khadijahku, yang selalu membantuku dalam menegakkan Islam, Mempercayaiku pada saat orang lain menentangku, Menyenangkanku pada saat orang lain menyusahkanku, Menenteramkanku pada saat orang lain membuatku gelisah”.

Ya ALLAH,
✔ Muliakanlah orang yang membaca dan membagikan status ini
✔ Entengkanlah kakinya untuk melangkah ke masjid
✔ Lapangkanlah hatinya
✔ Bahagiakanlah keluarganya
✔ Luaskan rezekinya seluas lautan
✔ Mudahkan segala urusannya
✔ Kabulkan cita-citanya
✔ Jauhkan dari segala Musibah
✔ Jauhkan dari segala Penyakit, Fitnah, Prasangka Keji, Berkata Kasar dan Mungkar.
✔ Dan dekatkanlah jodohnya untuk orang yang membaca dan membagikan status ini.
Aamiin ya Rabbal’alamin

Barakallahu fiikum

🙏
@kaefota

PERBEDAAN ANTARA MANI, MAZI DAN KEPUTIHAN

Pertanyaan:
Saya tidak mengetahui, kapan seorang wanita keluar mani yang mengharuskan mandi, dan kapan keluar cairan biasa yang mengharuskan wudu.
Seringkali saya berusaha untuk mengetahuinya, akan tetapi tidak ada seorang pun yang memberikan jawaban dengan terperinci.
Sehingga saya anggap bahwa semua cairan adalah (cairan) biasa yang tidak mengharuskan mandi. Dan saya tidak mandi melainkan setelah berhubungan badan. Saya mohon dijelaskan perbedaan di antara keduanya.

Alhamdulillah

Apa yang keluar dari wanita terkadang mani atau madzi atau cairan biasa yang dikenal dengan keputihan.

Setiap dari tiga macam ini mempunyai sifat dan hukum khusus.

Adapun mani, sifatnya adalah :
Kuning lembut, sifat ini sebagaimana yang telah ada dari Nabi sallallahu’alaihi wa sallam: “Sesungguhnya air mani laki-laki itu putih kental dan mani wanita itu kuning lembut.” (HR. Muslim, no. 311)

Terkadang pada sebagian wanita warnanya putih.
Baunya seperti bau pandan korma, dan bau pandan korma dekat dengan bau adonan tepung.

Merasakan nikmat dan melemahnya syahwat setelah keluar.

Tidak disyaratkan ketiga sifat ini harus ada semuanya. Cukup satu sifat saja untuk menghukumi bahwa cairan itu adalah mani. Demikian, sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi rahimahullah dalam Kitab Al-Majmu, 2/141.

Adapun mazi adalah air putih encer dan lengket yang keluar ketika muncul syahwat baik karena fikiran atau lainnya.

Tidak merasakan nikmat ketika keluar dan tidak disertai melemahnya syahwat setelahnya.

Sementara keputihan adalah cairan bening yang keluar dari rahim, terkadang seorang wanita tidak merasakan keluarnya.

Sedikit banyaknya cairan yang keluar, berbeda di antara para wanita.

Berikut perbedaan hukum pada tiga cairan ini (mani, madzi dan keputihan);

Mani tidak diharuskan mencuci pakaian darinya, namun diharuskan mandi (besar) setelah keluar. Baik keluarnya ketika tidur maupun terjaga, karena berhubungan badan atau lainnya.

Mazi adalah najis. Diharuskan membersihan jika mengenai badan. Adapun jika mengenai pakaian, untuk mensucikannya cukup dengan memercikkan air padanya. Keluar mazi membatalkan wudu dan tidak diharuskan mandi (besar) setelah keluar.

Adapun keputihan adalah suci. Tidak diharuskan mandi dan tidak juga (diharuskan) membersihkan pakaian yang terkena. Ia membatalkan wudu kecuali kalau (keluar) terus menerus dari seorang wanita. Dia harus berwudu pada setiap shalat setelah masuk waktunya, dan jika setelah itu cairan tetap keluar tidak mengapa.

Wallahua’lam.

@kaefota

PERINGATAN HARI ORANG YANG MENINGGAL

Tradisi yang berkembang dimasyarakat (baca: dikalangan NU), jika ada orang yang telah meninggal, maka akan diadakan acara tahlilan, do’a, dzikir fida dan lain sebagainya.

Untuk mendo’akan orang yang meninggal tersebut biasanya dibarengi dengan jamuan makanan sebagai sodaqoh untuk alm/almh.

Pendapat para ‘Ulama’ dalam masalah ini sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Hawi li-Al-Fatawi li as-syuyuti, Juz II, hlm 183 :

قَالَ طَاوُسِ: اِنَّ اْلمَوْتَى يُفْتَنُوْنَ فِىْ قُبُوْرِهِمْ سَْعًا فَكَانُوْا يُسْتَحَبُّوْنَ أَنْ يُطْعِمُوْا عَنْهُمْ تِلْكَ اْلاَيَّامِ-اِلَى اَنْ قَالَ-عَنْ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرِ قَالَ: يُفْتَنُ رَجُلَانِ مُؤْمِنٍ وَمُنَافِقٍ فَأَمَّا اْلمُؤْمِنُ فَيُفْتَنُ سَبْعًا وَاَمَّا الْمُنَافِقُ يُفْتَنُ اَرْبَعِيْنَ صَبَاحًا.

Imam Thawus berkata : seorang yang mati akan mendapat ujian dari Alloh dalam kuburnya selama tujuh hari. Untuk itu, sebaiknya mereka (yang masih hidup) mengadakan sebuah jamuan makan (sedekah) untuknya selama hari-hari tersebut. Sampai pada perkataan: dari sahabat Ubaid Ibn Umair, dia berkata: seorang mu’min dan seorang munafiq sama-sama akan mengalami ujian dalam kubur. Bagi orang mu’min akan mendapat ujian selama 7 hari, sedang orang munafik selama 40 hari diwaktu pagi.

Dalam kitab Nihayah al-Zain, Juz I, halaman 281 juga disebutkan:

وَالتَّصَدُّقُ عَنِ اْلمَيِّتِ بِوَجْهٍ شَرْعِيٍّ مَطْلُوْبٌ وَلَا يُتَقَيَّدُ بِكَوْنِهِ فِيْ سَبْعَةِ اَيَّامٍ اَوْ اَكْثَرَ اَوْ اَقَلَّ وَتَقْيِيْدُهُ بِبَعْضِ اْلاَيَّامِ مِنَ اْلعَوَائِدِ فَقَطْ كَمَا اَفْتَى بِذَلِكَ السَّيِّدِ اَحْمَد دَحْلَانِ وَقَدْ جَرَتْ عَادَةُ النَّاسِ بِالتَّصَدُّقِ عَنِ اْلمَيِّتِ فِي ثَالِثٍ مِنْ مَوْتِهِ وَفِي سَابِعٍ وَفِيْ تَمَامِ اْلعِشْرِيْنَ وَفِي اْلاَرْبَعِيْنَ وَفِي الِمأَةِ وَبِذَلِكَ يُفْعَلُ كُلَّ سَنَةٍ حَوْلًا فِي اْلمَوْتِ كَمَا اَفَادَهُ شَيْخَنَا يُوْسُفُ السُنْبُلَاوِيْنِيْ.

Dianjurkan oleh syara’ shodaqoh bagi mayit, dan shodaqoh itu tidak di tentukan pada hari ke tujuh sebelumnya maupun sesudahnya. sesungguhnya pelaksanaan shodaqoh pada hari-hari tertentu itu cuma sebagai kebiasaan (adat) saja, sebagaimana fatwa Sayid Akhmad Dahlan yang mengatakan ”Sungguh telah berlaku dimasyarakat adanya kebiasaan bersedekah untuk mayit pada hari ketiga dari kematian, hari ketujuh, dua puluh, dan ketika genap empat puluh hari serta seratus hari. Setelah itu dilakukan setiap tahun pada hari kematiannya. Sebagaimana disampaikan oleh Syaikh Yusuf Al-Sumbulawini.

Adapun istilah 7 “tujuh hari” dalam acara tahlil bagi orang yang sudah meninggal, hal ini sesuai dengan amal yang dicontohkan sahabat Nabi SAW.

Imam Ahmad bin Hanbal RA berkata dalam kitab Al-Zuhd, sebagaimana yang dikutip oleh Imam Suyuthi dalam kitab Al-Hawi li Al-Fatawi:

حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ اْلقَاسِمِ قَالَ حَدَّثَنَا اْلأَشْجَعِيُّ عَنْ سُفْيَانَ قَالَ: قَالَ طَاوُسُ: إِنَّ اْلمَوْتَ يُفْتَنُوْنَ فِي قُبُوْرِهِمْ سَبْعًا فَكَانُوْا يَسْتَحِبُّوْنَ أَنْ يُطْعِمُوْا عَنْهُمْ تِلْكَ اْلأَيَّام

“Hasyim bin Al-Qasim meriwayatkan kepada kami, ia berkata, “Al-Asyja’i meriwayatkan kepada kami dari Sufyan, ia berkata, “Imam Thawus berkata : “Orang yang meninggal dunia diuji selama tujuh hari di dalam kubur mereka, maka kemudian para kalangan Salaf mensunnahkan bersedekah makanan untuk orang yang meninggal dunia selama tujuh hari itu”

Imam Al-Suyuthi juga berkata:

أَنَّ سُنَّةَ اْلإِطْعَامِ سَبْعَةَ أَيَّامٍ بَلَغَنِي أَنَّهَا مُسْتَمِرَّةٌ إِلَى اءلآنَ بِمَكَّةَ وَاْلمَدِيْنَةَ فَالظَّاهِرُ أَنَّهَا لمَ ْتَتْرُكْ مِنْ عَهْدِ الصَّحَابَةِ إِلَى اْلآنَ وَأَنَّهُمْ أَخَذُوْهَا خَلَفًا عَنْ سَلَفٍ إِلَى الصَّدْرِ اْلأَوَّلِ

“Kebiasaan memberikan sedekah makanan selama tujuh hari merupakan kebiasaan yang tetap berlaku hingga sekarang (zaman imam Suyuthi, sekitar abad IX Hijriah) di Makkah dan Madinah. Yang jelas, kebiasaan itu tidak pernah ditinggalkan sejak masa sahabat Nabi SAW sampai sekarang ini, dan tradisi itu diambil dari ulama salaf sejak generasi pertama (masa sahabat Nabi SAW)” (Al-Hawi li Al-Fatawi, juz II, hal 194).

Dari beberapa pemaparan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan tentang penentuan hari dalam peringatan kematian itu dapat dibenarkan secara syara’.

Wallohu’allam bishshowab

@kaefota

PUASA AYYAMUL BIDH: KEUTAMAAN, WAKTU MENGERJAKAN DAN NIATNYA

Umat Islam disarankan untuk menjalankan ibadah sunnah berupa puasa Syawal.

Namun sebenarnya bukan puasa Syawal saja ibadah sunnah yang bisa dikerjakan bulan ini.

Ada puasa ayyamul bidh yang juga memiliki keutamaan tersendiri.

Sebenarnya apakah itu puasa ayyamul bidh?

Kapan waktu yang tepat untuk mengerjakannya dan apakah puasa ini bisa dikerjakan bersamaan dengan ibadah puasa sunnah yang lain?

Pengertian Puasa Ayyamul Bidh

Ayyamul bidh bisa diartikan ‘hari-hari putih’. Karena itulah ibadah sunnah yang satu ini juga dikenal dengan nama puasa putih.

Harap dibedakan dengan puasa mutih yang dijalankan sebagai bagian dari tradisi di Jawa.

Puasa ayyamul bidh dijalankan selama tiga hari, yaitu tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan Qamariyyah dalam kalender Hijriah.

Walaupun begitu, puasa ayyamul bidh memiliki keutamaan yang lebih besar jika dilakukan di bulan-bulan tertentu seperti Syawal yang disebut bulan baik.

Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh

Menjalankan ibadah puasa ayyamul bidh selama tiga hari akan mendapatkan ganjaran pahala yang sama dengan puasa selama sebulan.

Jika dilakukan setiap bulan, maka dianggap sama dengan menjalankan ibadah puasa selama setahun.

Sungguh, cukup bagimu berpuasa selama tiga hari dalam setiap bulan, sebab kamu akan menerima sepuluh kali lipat pada setiap kebaikan yang Kau lakukan. Karena itu, maka puasa ayyamul bidh sama dengan berpuasa setahun penuh.” (HR Bukhari-Muslim)

Asal-Usul Puasa Ayyamul Bidh

Kenapa dinamai ayyamul bidh? Menurut keterangan di dalam kitab Umdatul Qari’Syarhu Shahihil Bukhari, sejarah ibadah puasa ayyamul bidh berkaitan dengan kisah Nabi Adam yang diturunkan ke bumi oleh Allah SWT.

“Sebab dinamai ‘ayyamul bidh’ adalah riwayat Ibnu Abbas RA, dinamai ayyamul bidh karena ketika Nabi Adam AS diturunkan ke muka bumi, matahari membakarnya sehingga tubuhnya menjadi hitam. Allah SWT kemudian mewahyukan kepadanya untuk berpuasa pada ayyamul bidh (hari-hari putih); ‘Berpuasalah engkau pada hari-hari putih (ayyamul bidh)’. Lantas Nabi Adam AS pun melakukan puasa pada hari pertama, maka sepertiga anggota tubuhnya menjadi putih. Ketika beliau melakukan puasa pada hari kedua, sepertiga anggota yang lain menjadi putih. Dan pada hari ketiga, sisa sepertiga anggota badannya yang lain menjadi putih.”

Ada juga riwayat lain yang menjelaskan kemungkinan asal-usul ibadah puasa ayyamul bidh. Berikut ini penjelasannya.

“Pendapat lain menyatakan, hari itu dinamai ayyamul bidh karena malam-malam tersebut terang benderang oleh rembulan dan rembulan selalu menampakkan wajahnya mulai matahari tenggelam sampai terbit kembali di bumi. Karenanya malam dan siang pada saat itu menjadi putih (terang).” (Badruddin Al-‘Aini Al-Hanafi, ‘Umdatul Qari’ Syarhu Shahihil Bukhari)

Niat Puasa Ayyamul Bidh di Bulan Syawal

Jika Anda ingin melaksanakan puasa ayyamul bidh di bulan Syawal, bacalah niat berikut terlebih dahulu.

Nawaitu shouma ayyami bidh sunnatal lillahi ta’ala.”

Artinya:
” Saya niat puasa ayyamul bidh sunah karena Allah Ta’ala.”

Hukum Menggabung Puasa Syawal dengan Puasa Ayyamul Bidh

Puasa ayyamul bidh adalah ibadah yang sifatnya ghayru maqshudah bidzatiha atau tidak diniatkan secara langsung.

Karena itulah, diperbolehkan menggabung niat untuk menjalankan kedua ibadah sunnah ini.

Bila seseorang menjalankan puasa selama tiga hari dalam satu bulan, kapan pun harinya dan apa pun jenis puasa yang dilakukan, maka orang tersebut sudah mendapatkan keutamaan puasa ayyamul bidh.

“Jika seseorang berpuasa enam hari di bulan Syawal, gugur darinya tuntutan puasa ayyamul bidh. Baik ia puasa Syawal ketika al-bidh (ketika bulan purnama sempurna), sebelumnya atau setelahnya, karena ia telah berpuasa tiga hari dalam satu bulan. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: ‘Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa berpuasa tiga hari setiap bulan, tanpa peduli apakah itu awal bulan atau tengah bulan atau akhirnya’. Ini sejenis dengan gugurnya tuntutan shalat tahiyatul masjid dengan mengerjakan salat rawatib jika seseorang masuk masjid.” (Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin)

Semoga bermanfaat.

Wallohu’alam bishshowab

@kaefota

PUASA SENIN-KAMIS: HUKUM, NIAT DAN TATA CARA MELAKSANAKANNYA

Selain puasa Ramadhan yang diwajibkan bagi seluruh umat muslim, Islam juga menganjurkan untuk melaksanakan puasa sunnah.

Salah satu ibadah puasa non-wajib yang dikenal luas adalah puasa Senin-Kamis.

Seperti apa keutamaan puasa Senin-Kamis?

Apakah manfaat yang bisa didapat darinya dan bagaimana tata cara mengerjakannya? Berikut ini kita bahas selengkapnya.

1.Hukum Puasa Senin-Kamis

Puasa Senin-Kamis hukumnya adalah sunnah. Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu memasukkan puasa Senin Kamis dalam puasa sunnah yang disepakati para ulama.

Menurut Syaikh Wahbah Az Zuhaili, puasa-puasa sunnah yang disepakati para ulama antara lain puasa hari Senin dan Kamis.

Dari Aisyah Radhiyallahu Anhu:
Adalah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam memperbanyak puasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR. Al-Tirmidzi, Al-Nasi dan Ibnu Majah. Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani)

2.Anjuran Rasulullah Untuk Puasa Senin-Kamis

Puasa Senin-Kamis merupakan ibadah yang Rasulullah SAW anjurkan untuk dilaksanakan. Beliau pun rutin mengamalkan ibadah tersebut.

Dari Abu Qotadah r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW ditanya tentang puasa Senin. Maka beliau menjawab: Hari senin adalah hari lahirku, hari aku mulai diutus atau hari mulai diturunkannya wahyu.”(HR. Muslim)

Dari Abi Hurairoh r.a, dari Rasulullah SAW bersabda: Seluruh amal disetor pada hari Senin dan Kamis, maka aku lebih menyukai saat setor amal tersebut dalam keadaan berpuasa.” (HR. Turmudzi)

3.Manfaat Puasa Senin-Kamis

Menjalankan puasa, baik itu puasa wajib maupun sunnah, dapat memberikan pengaruh yang besar bagi kondisi kejiwaan seseorang. Begitu juga dengan puasa Senin-Kamis.

Manfaat puasa Senin-Kamis, seperti ibadah puasa lainnya adalah:
• Meningkatkan amalan
• Melatih kesabaran
• Melatih menguasai diri
• Melatih kedisiplinan,
• Melatih diri meredam hawa nafsu
• Meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Allah SWT
• Meningkatkan kesehatan pencernaan

4.Tata Cara Puasa Senin-Kamis

Membaca Niat

Niat puasa Senin Kamis sebaiknya dilakukan di malam hari, sebelum terbit fajar. Namun karena ini adalah puasa sunnah, maka jika terlupa, boleh niat di pagi hari asalkan belum makan apa-apa dan tidak melakukan hal apapun yang membatalkan puasa.

Makan Sahur

Makan sahur merupakan salah satu sunnah puasa yang jika dilakukan akan mendapat pahala dan keberkahan. Namun jika tidak dilakukan, misalnya karena bangunnya terlambat, puasanya tetap sah.

Menahan Diri dari Hal-hal yang Membatalkan

Menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa antara lain makan, minum, berhubungan dengan istri dan hal-hal lainnya yang dapat membatalkan puasa. Waktunya dimulai sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Kita juga dianjurkan untuk menahan diri dari yang membatalkan pahala puasa, antara lain bohong, ghibah dan segala bentuk kemaksiatan.

Berbuka

Buka puasa bisa dilakukan ketika matahari terbenam, yaitu saat masuknya waktu salat Maghrib. Menyegerakan buka puasa merupakan salah satu sunnah puasa.

5.Niat Puasa Senin-Kamis

Dalam Fiqih Islam wa Adilatuhu dijelaskan, semua ulama sepakat bahwa tempatnya niat adalah hati.

Melafalkan niat bukanlah syarat, namun jumhur ulama berpendapat hukumnya sunnah dengan maksud membantu hati dalam menghadirkan niat.

Sementara menurut mazhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat karena tidak bersumber dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Lafadz niat puasa Senin adalah sebagai berikut:

Nawaitu shouma yaumal itsnaini sunnatan lillaahi taaalaa

Artinya: “Saya niat puasa sunnah hari Senin, sunnah karena Allah Taala”

Sedangkan lafadz niat puasa Kamis adalah sebagai berikut:

Nawaitu shouma yaumal khomiisi sunnatan lillaahi taaalaa

Artinya: “Saya niat puasa sunnah hari Kamis, sunnah karena Allah Taala.”

Wallohu’alam bishshowab

@kaefota

RASULULLAH SAW MENCINTAI UMATNYA, AKANKAH BERTEPUK SEBELAH TANGAN?

Pada suatu hari Rasulullah SAW ditemui oleh malaikat Jibril. Rasul bertanya, “Ada apa wahai Jibril?”.Jibril menjawab, “Wahai Muhammad, sesungguhnya hari ini Allah SWT sedang mengobarkan nyala api Neraka dan seluruh malaikat amat ketakutan, mereka tidak tahu harus bagaimana, aku ingat bahwa engkau adalah sumber cinta dan sayang Allah SWT kepala alam semesta. Dengan alasan itu aku kesini, bertabaruk dengan cinta Allah kepada dirimu”.Rasulullah SAW terdiam beberapa saat. Kemudian bertanya lagi, “Wahai Jibril, ceritakan padaku bagaimanakah neraka itu sesungguhnya”.Jibril menjawab, “Wahai Muhammad, Neraka itu bagaikan lubang-lubang yang terdiri dari 7 tingkat. Jarak antara satu lubang dengan yang lain adalah perjalanan 70 tahun. Lubang yang paling bawah adalah yang paling panas”.Nabi SAW meneruskan kembali pertanyaannya, “Lalu siapakah penghuni lubang-lubang neraka itu wahai Jibril?”.Jibril menjawab, “Lubang yang paling bawah diciptakan untuk orang orang munafik, lubang berikutnya untuk penyembah berhala, lalu untuk penyembah bintang dan matahari”.Jibril terus menerangkan penghuni tingkatan neraka hingga lubang yang ke 5 tempatnya umat Yahudi dan yang ke 6 dihuni oleh umat Nasrani.Setelah menjelaskan penghuni 6 tingkatan Neraka, Jibril pun diam cukup lama.Rasulullah SAW penasaran dan bertanya kembali, “Wahai Jibril, siapakah penghuni neraka yang ke 7?”. Jibril diam saja tidak menjawab.Rasulullah SAW mengulangi pertanyaannya, tetapi malaikat Jibril tetap diam.Rasulullah SAW semakin penasaran dan mendesak jibril agar menjawab pernyaannya.Akhirnya Jibril pun berkata, “Umatmu wahai Muhammad, mereka itu para pelaku dosa besar di kalangan umatmu yang dimana sampai mereka mati belum sempat bertaubat”.Mendengar jawaban Jibril, Rasulullah SAW langsung jatuh pingsan. Jibril merangkulnya dan meletakkan tubuh baginda Nabi di atas pangkuannya.Tak berapa lama Rasulullah SAW sadar dan langsung menangis bersimbah air mata, dengan terisak-isak Rasulullah SAW mempertegas pertanyaannya, “Wahai Jibril, apakah benar ada diantara umatku yg masuk neraka?”.Jibril mejawab, “Benar wahai Muhammad, pelaku dosa besar di antara umatmu yang belum bertaubat”.Setelah itu Rasulullah SAW langsung menghadap kiblat dan sujud kepada Allah SAW dalam isak tangisnya.Sesekali dengan suara pelan beliau membisikkan kata-kata “Ummati ya Rabb, ummati, ummati, ummati.”Beliau SAW tidak mengangkat kepalanya dalam keadaan seperti itu selama 3 (tiga) hari 3 (tiga) malam kecuali setiap Bilal bin Rabah mengumandangkan adzan, barulah beliau bangkit untuk menjadi imam dan setelah itu kembali bersujud lagi.Pada hari ke 3 (tiga), Abu Bakar ra menyadari hal ini, beliau mengetuk pintu Rasulullah SAW dan mengucapkan salam 3 kali, namun tidak ada jawaban.Abu Bakar ra sedih dan berseru di depan pintu Nabi SAW,
“Apakah ada jalan untuk masuk kerumah Rasulullah”. Namun tetap tidak ada jawaban.Lalu beliau menangis dan melangkah pulang. Dijalan beliau bertemu sahabat Umar ra, “Mengapa engkau menangis wahai Abu Bakar?”.Abu Bakar ra menceritakan keadaan Rasulullah saw. Maka Umar ra pun melangkah menuju rumah Nabi SAW dan terjadilah hal yang sama. Umar pun pulang dan menangis.Dijalan beliau bertemu Salman Al Farisi ra. Dengan terisak-isak Umar ra bercerita kepada Salman ra hingga membuat dia amat sedih, namun dia tidak berani mengulangi hal yang sama.Salman melangkah menuju rumah Fatimah ra dan menceritakan hal itu.Setengah berlari Fatimah ra menuju rumah Ayahnya SAW dan mengetuk pintu sambil mengucapkan salam.Mendengar suara lembut putri tercinta, sejuklah dada Nabi SAW. Rasullah saw bangkit dari sujud dan membuka pintu.Alangkah terkejutnya Fatimah ra melihat beliau yang amat kurus dan pucat.Fatimah memeluk beliau SAW lalu menangis, “Wahai ayahanda, apa yang terjadi? mengapa engkau amat sedih seperti ini?”.Rasulullah SAW kembali menangis dan berkata dengan suara lirih, “Wahai Fatimah, belahan jiwaku, bagaimana mungkin aku tidak sedih sedangkan Jibril mengatakan akan ada kelak umatku yang akan masuk neraka“SubhaanAllahCinta Nabi Muhammad SAW begitu besar kepada kita sebagai umatnya.Apakah cinta beliau akan terbalaskan atau hanya akan menjadi cinta bertepuk sebelah tangan?اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد عدد خلقك ورضا نفسك وزينة عرشك ومدد كلماتكWallohu’allam bishshowab@kaefota

💕FADHILAH ISTRI “MEMINTA” ♂ DULUAN💕

ﺃﺩﺏ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻟﻌﺒﺪ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﺑﻦ ﺣﺒﻴﺐ ﺝ ١ ﺹ ٢٩٢ – ٢٩٣ ﺍﻟﻤﻜﺘﺒﺔ ﺍﻟﺸﺎﻣﻠﺔ : (ﻭﺃﻳﻤﺎ ﺍﻣﺮﺃﺓٍ ﻓﺮﺷﺖ ﻟﺰﻭﺟﻬﺎ ﺑﻄﻴﺐ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﺣﺮﻡ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﺪﺭﻫﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺎﺭ، ﻭﺃﻋﻄﺎﻫﺎ ﺛﻮﺍﺏ ﻣﺎﺋﺘﻲ ﺣﺠﺔٍ ﻭﻋﻤﺮﺓٍ، ﻭﻛﺘﺐ ﻟﻬﺎ ﻣﺎﺋﺘﻲ ﺃﻟﻒ ﺣﺴﻨﺔٍ، ﻭﺭﻓﻊ ﻟﻬﺎ ﻣﺎﺋﺘﻲ ﺃﻟﻒ ﺩﺭﺟﺔٍ ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻨﺔ!)

Siapa saja seorang istri yang menawarkan diri untuk suaminya dengan suka-rela, maka:
(1) Alloh akan mengharamkan dirinya dari api neraka;
(2) memberinya pahala dua ratus ibadah Haji dan Umroh;
(3) dicatatkan untuknya dua ratus ribu kebaikan;
(4) diangkat untuknya dua ratus ribu derajat di Surga.

(ﻭﺃﻳﻤﺎ ﺍﻣﺮﺃﺓٍ ﺩﺧﻠﺖ ﻣﻊ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﻓﻲ ﻓﺮﺍﺵٍ ﻭﺍﺣﺪٍ ﻧﺎﺩﺍﻫﺎ ﻣﻠﻚٌ ﻣﻦ ﺗﺤﺖ ﺍﻟﻌﺮﺵ: ﻟﺘﺴﺘﺄﻧﻔﻲ ﺍﻟﻌﻤﻞ ! ﻓﻘﺪ ﻏﻔﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻚ ﻣﺎ ﺗﻘﺪﻡ ﻣﻦ ﺫﻧﺒﻚ ﻭﻣﺎ ﺗﺄﺧﺮ ﻭﻛﺘﺐ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻬﺎ ﺛﻮﺍﺏ ﻣﻦ ﺃﻋﺘﻖ ﻣﺎﺋﺔ ﺭﻗﺒﺔٍ، ﻭﻛﺘﺐ ﻟﻬﺎ ﺑﻜﻞ ﺷﻌﺮﺓٍ ﺣﺴﻨﺔً !) .

Dan siapa saja seorang istri yang masuk bersama suaminya dalam satu selimut, maka Malaikat dari bawah ‘Arsy memanggilnya, “Mulailah duluan olehmu perbuatan itu (merangsang suami):
(1) Maka Allah akan mengampuni untukmu dari dosamu yang telah lalu dan yang akan datang;
(2) Dan Allah akan mencatat untuknya pahala seorang yang memerdekan seratus budak;
(3) Dan mencatat untuknya dari setiap sehelai rambut dengan satu kebaikan.

(ﻭﺃﻳﻤﺎ ﺍﻣﺮﺃﺓٍ ﻗﺒﻠﺖ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﺑﻄﻴﺐ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﻓﻜﺄﻧﻤﺎ ﻗﺮﺃﺕ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ‏[ ﺍﺛﻨﺘﻲ ﻋﺸﺮﺓ‏] ﻣﺮﺓً ﻭﻛﺘﺐ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻬﺎ ﺑﻜﻞ ﺁﻳﺔٍ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺧﻤﺴﻴﻦ ﺣﺴﻨﺔً ﻭﺑﻨﻰ ﻟﻬﺎ ﺑﻜﻞ ﻗﺒﻠﺔٍ ﻣﺪﻳﻨﺔً ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻨﺔ !)

Dan siapa saja seorang istri yang mencium suaminya dengan suka rela maka:
(1) Dia bagaikan menghatamkan Al-Qur’an (dua belas) kali;
(2) Dan dengannya Allah akan mencatat dari setiap ayat dalam Al-Qur’an lima puluh kebaikan;
(3) Dan dari setiap ciuman dibangunkan sebuah kota di Surga untuknya.

(ﻭﺃﻳﻤﺎ ﺍﻣﺮﺃﺓٍ ﻗﺒﻠﺖ ﺭﺃﺱ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﻭﻣﺸﻄﺖ ﺭﺃﺳﻪ ﻭﻟﺤﻴﺘﻪ ﻛﺘﺒﺎﻟﻠﻪ ﻟﻬﺎ ﺑﻌﺪﺩ ﻛﻞ ﺷﻌﺮﺓٍ ﺣﺴﻨﺔً، ﻭﻏﺮﺱ ﻟﻬﺎ ﺑﻜﻞ ﺷﻌﺮﺓٍ ﻧﺨﻠﺔً ﻓﻲ ﺍﻟﺠﻨﺔ) .

Dan siapa saja seorang istri yang mencium kepala suaminya, menyisir rambut dan jenggotnya, maka:
(1) Allah akan mencatat untuknya pahala kebaikan dengan bilangan setiap sehelai rambut;
(2) Dan ditanamkan untuknya dari setiap sehelai rambut dengan pohon kurma di Surga.

(Kitab Uqudul Lujain Syaikh Nawawi AlBantani)

Wallohu’allam

PERTANYAAN MALAIKAT  DI ALAM KUBUR

Tanya : Man Rabbuka?
Siapa Tuhanmu?
Jawab :
Allahu Rabbi. Allah Tuhanku.

Tanya : Man Nabiyyuka?
Siapa Nabimu?
Jawab :
Muhammadun Nabiyyi. Muhammad Nabiku

Tanya : Ma Dinuka?
Apa agamamu?
Jawab :
Al-Islamu dini. Islam agamaku

Tanya : Man Imamuka?
Siapa imammu?
Jawab :
Al-Qur’an Imami. Al-Qur’an Imamku

Tanya : Aina Qiblatuka?
Dimana kiblatmu?
Jawab :
Al-Ka’batu Qiblati. Ka’bah Qiblatku

Tanya : Man Ikhwanuka?
Siapa saudaramu?
Jawab :
Al-Muslimun Wal-Muslimat Ikhwani.

Jawabanya sangat sederhana, bukan? Namun apakah sesederhana itukah kelak kita akan menjawabnya?

Saat tubuh terbaring sendiri di perut bumi.
Saat kegelapan menghentak ketakutan.
Saat tubuh menggigil gemetaran.
Saat tiada lagi yang mampu jadi penolong.

Tidak akan pernah ada seorangpun yang mampu menolong kita.

Selain amal kebaikan yang telah kita perbuat selama hidup di dunia.

Nabi MUHAMMAD SAW telah
bersabda :
Barang siapa yang
menyebarkan satu saja ilmu dariku, maka Allah buatkan tempat di Syurga baginya pada hari penghakiman kelak”.

SubhanAllah

Semoga muslimin dan muslimat yang sempat membaca dan membagikan ini ditinggikan ilmunya, diangkat derajatnya, dibesarkan rezekinya, diharumkan namanya, disetiakan cintanya, dipanjangkan umurnya, dijauhkan dari azab kubur dan api neraka serta dikabulkan doa nya. AAMIIN.

Wallohu’allam bishshowab

@kaefota

UWAIS QARNI TIDAK MEMINTA SYURGA, HANYA RIDHA IBUNYA

Balasan Allah SWT yang luar biasa terhadap anak yang berbakti kepada orang tuanya

Ingatkah kita akan sosok Uwais al-Qarni?

Sosok pemuda yang tak dikenal di bumi tapi namanya harum di langit menjadi perbincangan para Malaikat. Walaupun di muka bumi ini orang-orang menganggapnya gila.

Uwais al-Qarni hidup di masa Rasulullah dan tinggal di negeri Yaman. Hidupnya miskin dan ia menderita sakit kulit dimana seluruh tubuhnya belang-belang.

Ia tinggal bersama Ibunya yang sudah berusia senja. Apa pun permintaan Ibunya selalu dipenuhi. Hingga tiba saatnya Sang Ibu meminta satu permintaan yang sulit ia kabulkan.

“Wahai Ananda, Ibu sudah tua. Ibu rindu melihat ka’bah. Ibu rindu melakukan ibadah haji. Mungkinkah Engkau bawa Ibumu ke tanah suci.” pinta Sang Ibu kepada anaknya Uwais.

Mendengar permintaan Ibunya yang begitu serius, Uwais sebenarnya tidak ingin mengecewakan Ibunya.

Namun, kondisi hidup yang miskin dan tidak memiliki unta membuat harapan Ibunya seakan mustahil diwujudkan.

Uwais tidak kehabisan akal. Kondisi hidupnya yang miskin tidak dijadikan alasan dan dalih untuk menolak permintaan Ibunya.

Akhirnya Uwais membeli seekor anak lembu dan membuatkan kandangnya di puncak bukit.

Setiap pagi ia menggendong anak lembu itu untuk diturunkan dan sore harinya anak lembu itu kembali ia naikkan ke puncak bukit. Inilah penyebab kenapa orang-orang menganggap Uwais gila.

Delapan bulan kemudian semuanya baru terjawab. Uwais membeli anak lembu sebagai latihan fisik agar otot-ototnya kuat.

Bagaikan Ibu hamil yang tidak terasa bayi yang dikandungnya semakin hari semakin besar, Uwais pun tidak menyangka kalau sekarang ia sudah mampu mengangkat beban yang berat.

Maka lembu yang sudah besar itu pun dijual untuk biaya perjalanan Haji ibunya dan dia menggendongnya dari Yaman ke Mekah.

Saat tiba di Mekah, Sang Ibu sudah mulai berlinangan air mata. Terharu dengan pengabdian anaknya yang luar biasa.

Di tempat mustajabah, Ibunya mendengar Uwais berdoa, “Ya Allah, masukkanlah Ibuku ke Syurga!”

Mendengar doa Uwais seperti itu Ibunya pun berkata,:
“Kenapa Engkau tidak berdoa kepada dirimu Nak? Kenapa hanya Ibu saja yang Engkau doakan?”

Uwais menjawab:
“Dengan Ibu masuk syurga, Ibu akan ridha padaku, maka cukup dengan ridha Ibu yang akan mengantarkanku masuk ke Syurga.”

Jawaban Uwais seperti itu membuat Ibunya semakin kagum kepada anaknya.

Tanpa Ia berdoa kesembuhan penyakit kulit yang dideritanya, Uwais sembuh seketika.

Kecuali hanya bulatan kecil di tangannya sebagai tanda bagi Sayidina Umar dan Sayidina Ali sebagai tanda pengenal disaat mencari siapa Uwais al-Qarni, sebab Rasulullah SAW telah memerintahkan Umar dan Ali untuk mencari Uwais, meminta didoakan oleh Uwais karena doanya diterima oleh Allah.

Uwais al-Qarni memang tidak mendoakan syurga. Ia hanya mencari ridha Ibunya.

Namun, tahukah Anda apa yang didapatkan Uwais?

Ternyata Uwais tak hanya masuk syurga, ia juga diberikan jatah syafaat sehingga mampu membawa orang lain masuk syurga bersamanya, yaitu sejumlah bilangan manusia dalam suku Rabi’ah dan Mudhar (dua suku terbesar dalam bangsa Arab).

SubhaaAllah

Semoga kita menjadi anak yang berbakti. Aamiiin ya rabbal alamin.

@kaefota

| Disarikan dari Pengajian Syarah Hikam Ibnu ‘Ibad Ar-Randy bersama Abi Zahrul Fuadi Mubarak (Wadir I Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga) Ramadhan 1437 H/ 2016 M

ANJURAN, KEUTAMAAN DAN NIAT PUASA ARAFAH

Saat ini kita tengah berada di bulan Dzulhijjah. Salah satu bulan paling penuh berkah bagi umat Islam di seluruh dunia.

Pada bulan ini kita bertemu dengan hari raya Iedul Adha. Bagi ummat yang mampu bisa berkunjung ke tanah suci untuk menunaikan ibadah Haji.

Selain beribadah Haji ke tanah suci, ada amalan puasa sunah yang dianjurkan saat Dzulhijah.

Puasa-puasa sunah tersebut ada tiga jenis,:
• puasa 1-7 Dzulhijah
• puasa Tarwiyah, 8 Dzulhijjah
• puasa Arafah, 9 Dzulhijjah

Anjuran Menjalankan Puasa Arafah

Puasa Arafah merupakan salah satu puasa sunah yang sangat dianjurkan, khususnya bagi ummat muslim yang tidak mampu menunaikan ibadah haji.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya” !HR Abu Daud nomor 2437).

Keutamaan Puasa Arafah

Puasa Arafah memiliki keutamaan yang sangat besar. Para ulama memasukkan puasa Arafah ini ke dalam puasa sunnah yang sangat dianjurkan (muakkad).

Puasa hari arafah dapat menghapus dosa dua tahun yang telah lalu dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapus dosa setahun yang lalu,” (HR Muslim).

Niat Puasa Arafah

Jika berniat menjalankan puasa Arafah, berikut ini niat yang bisa dibaca sebelum menjalankannya:

NAWAITU SHOUMA ARAFATA SUNNATAN LILLAHI TA’ALA

Artinya:
Saya niat puasa sunah Arafah karena Allah Ta’ala.”

Semoga bermanfaat.

Barakalloh

@kaefota